Hay sahabat blogger. Mungkin sahabat blogger banyak yang ngga paham tentang judul diatas ya? Pada posting kali ini, mau sedikit berbagi info tentang ragam budaya yang ada di Indonesia. Salah satunya dalam bentuk bahasa. Kita semua mungkin sudah tahu bahwa Negara Tercinta kita, Indonesia, terdiri dari beratus atau bahkan beribu kebudayaan yang tersebar di seluruh pulau dan bersatu dengan nama NKRI. Salah satu yang akan kita bahas adalah bahasa dialek banyumasan atau sering disebut dengan bahasa Ngapak, secara penulis juga berasal dari daerah yang sering memakai bahasa Ngapak yaitu Cilacap. Yuk langsung aja berangkat ke TKP...
Dialek Banyumasan atau sering disebut Bahasa Ngapak adalah kelompok bahasa bahasa Jawa yang dipergunakan di wilayah barat Jawa Tengah, Indonesia. Beberapa kosakata dan dialeknya juga dipergunakan di Banten utara serta daerah Cirebon-Indramayu. Logat bahasanya agak berbeda dibanding dialek bahasa Jawa lainnya. Hal ini disebabkan bahasa Banyumasan masih berhubungan erat dengan bahasa Jawa Kuna (Kawi. Bahasa Banyumasan terkenal dengan cara bicaranya yang khas. Dialek ini disebut Banyumasan karena dipakai oleh masyarakat yang tinggal di wilayah Banyumasan. Seorang ahli bahasa Belanda, E.M. Uhlenbeck, mengelompokan dialek-dialek yang dipergunakan di wilayah barat dari Jawa Tengah sebagai kelompok (rumpun) bahasa Jawa bagian barat (Banyumasan, Tegalan, Cirebonan dan Banten Utara). Kelompok lainnya adalah bahasa Jawa bagian Tengah (Surakarta, Yogyakarta, Semarang dll) dan kelompok bahasa Jawa bagian Timur.
Kelompok bahasa Jawa bagian barat (harap dibedakan dengan Jawa Barat/Bahasa Sunda) inilah yang sering disebut bahasa Banyumasan (ngapak-ngapak). Secara geografis, wilayah Banten utara dan Cirebon-Indramayu memang berada di luar wilayah berbudaya Banyumasan tetapi menurut budayawan Cirebon TD Sudjana, logat bahasanya memang terdengar sangat mirip dengan bahasa Banyumasan. Hal ini menarik untuk dikaji secara historis. Dibandingkan dengan bahasa Jawa dialek Yogyakarta dan Surakarta, dialek Banyumasan banyak sekali bedanya. Perbedaan yang utama yakni akhiran ‘a’ tetap diucapkan ‘a’ bukan ‘o’. Jadi jika di Solo orang makan ‘sego’ (nasi), di wilayah Banyumasan orang makan ‘sega’. Selain itu, kata-kata yang berakhiran huruf mati dibaca penuh, misalnya kata enak oleh dialek lain bunyinya ena, sedangkan dalam dialek Banyumasan dibaca enak dengan suara huruf ‘k’ yang jelas, itulah sebabnya bahasa Banyumasan dikenal dengan bahasa Ngapak atau Ngapak-ngapak.
Dialek Cirebonan berkaitan erat dengan kultur Jawa-Pantura, yaitu Cirebon, Indrmayu sampai dengan Serang; oleh karenanya bahasa yang mereka gunakan pun memiliki ciri khas dengan icon jawa-pantura.Kosa-kata bahasa jawa-pantura boleh jadi “ada yang sama” dengan bahasa banyumasan; hal itu boleh jadi disebabkan oleh fungsi bahasa komunikasi (jawa, kawi, sanskerta) yang bersifat universal. Akan tetapi sesungguhnya dialek jawa-pantura tetap mempunyai ciri khas yang tidak dapat disamakan dengan dialek banyumasan. Dengan demikian, kita juga sulit mengatakan bahwa wong Cirebon, Indramayu, Serang disebut ngapak-ngapak. Tidak pula untuk dialek Tegal.
Ngapak, tetap lebih pas dialamatkan kepada (khusus) dialek banyumasan. Namun demikian dalam menyikapi siapa yang berbahasa Ngapak, kita tidak bisa membandingkan-lurus dengan area administratif-geografis. Misalnya, tidak seluruh kawasan Kab. Cilacap disebut Ngapak. Cilacap Barat, seperti di beberapa desa di Kecamatan Karang Pucung, Cimanggu, Wanareja, dan Majenang, malah sudah agak “bengkok” ke dialek “kulonan” atau — pinjam istilah dalam seni karawitan, disebut dialek “jaipongan.”
Saya berharap istilah Ngapak tidak dipolitisasi untuk “lawan-kata” dialek “wetanan” (Yogya-Sala) atau dialek “bandhek.” Diskusi ini tentu akan menjadi sangat panjang, apabila para pihak tidak saling menerima keadaan. Di antara permasalahan yang sering mencuat, adalah bahwa bahasa jawa berasal dari bahasa jawa-kuna, kawi; sebagaimana bahasa tutur orang-orang kuna. Kita bisa berpedoman pada aksen Ha Na Ca Ra Ka,,,
buka Ho No Co Ro Ko…
Bahasa Ngapak juga terancam punah karena (mungkin) akan ditinggalkan oleh warganya. Generasi sekarang (maaf, para kawula muda) nyaris kesulitan cara menulis bahasa jawa dengan aksara latin. Apalagi dengan huruf jawa Ha Na Ca Ra Ka… Disamping itu, pihak Pemerintah (Jawa Tengah) belum memberikan dukungan terhadap kelestarian bahasa Ngapak. Sebagai misal bahasa pengantar di sekolah-sekolah di kawasan Ngapak (mungkin) tidak diwajibkan mengunakan bahasa Ngapak, tetapi malahan menggunakan bahasa bandhek.
Nah... Para sedulur, nuwun sewu, cara nulis basa jawa “sing bener” ya kudu nurut maring aksara jawa Ha Na Ca R Ka. Aksara jawa langka vokal “O” anane “A”. Jajalen panjenengan tindak maring Yogya, aksara jawa neng papan-papan Nama Jalan, Gedung, mesthi apa anane ora nganggo “taling-tarung.” Contone : Pasar Beringharjo; nulise ya Beringharja. Kota Solo, jan-jane asline ya “SALA.” Jajalen sih dibukak nek ana neng musium Pustakaraja (angger ana).
Tulisan diatas bukan untuk bermaksud SARA atau membanggakan budaya sendiri dan menjelek-jelekan budaya orang lain. Semua kebudayaan di Indonesia mempunyai keunikannya masing-masing. Kita, para kawula muda, diharapkan untuk menjaga dan melestarikan kebudayaan masing-masing daerah dimana kita tinggal dalam satu atap rumah kita yaitu Indonesia, agar semua kebudayaan di Indonesia tidak punah ditelan Zaman. So, jangan malu untuk berkata Ngapak yaaa...
Ora Ngapak Ora Kepenak
Bersatu kita kompak! Bahasa kita ngapak!
Sumber
10 comments:
honocorokodotosowolo...jadi inget sama pelajaran bahasa daerah di mojokerto wkt aku 1-3 sd deeeech
aah yang bener hanacaraka? oh iya ini kan jawa tengah
hahahaa...iyaa...emang syifa asli mana???
aq mlah pngn bljar ngapak2,heheh
wlapn aq orang jwa tngah bag.tmur
Mari Lestarikan Bahasa Ngapak...
Salam ngapakers..Haha..
>>RM<<
Ora ngapak. dupak
Ora Ndeplak ya udu ngapak... !!!
Wah saya belum pernah denger kalo orang ngomong bahasa banyumasan.. tapi yang paling saya suka tuh denger orang tegal ngomong hehe
aku orang cilacap,,,, tapi gak ngapak,,,, hehehehehehehehehehe
trusna ngapak aja ngasi ora heheheh
isun wong crbon bhasag ngapak ora bda adoh karo cirebon
cirebon :
isun, ira, bli
ngapak :
nyong, kowe/koen, ora
Post a Comment
Silahkan Komentar tapi yang sopan ya :))