Sejarah Perkembangan Software


Pertama dibedakan atas :

1. Perangkat lunak sebelum komputer generasi pertama
300 sm : penggunaan obor sebagai signal untukmengirimkan berita yang digunakan oleh bangsa yunani
1842 : Ada Augusta, penulis perangkat lunak pertama kali yang digunakan pada Babbage’s Analytical Engine.
1933 : Wallace J. Eckert menggabungkan beberapa mesin akuntansi kartu plong IBM yang berbeda.
1945 : Kutu yang pertama

2. Perangkat lunak semasa komputer generasi pertama
Menghubungkan beberapa sirkuit di dalam komputer atau dengan membuat program dalam bahasa mesin yang disimpan di memori komputer secara permanen. Biasanya unik untuk suatu aplikasi.

3. Perkembangan bahasa pemrograman tingkat tinggi
1957 : FORTRAN (Formula Translator), John Bakus,IBM
1958 : LISP (List Programing),John McCarty
1958 : ALGOL (Algoritmic Language)
1959 : COBOL (Common Business Oriented Language), Dr. Grace Hooper
1960 : LOGO, MIT
1961 : GPSS (General Purpose System Simulator)
1961 : RPG (Report Program Generator),IBM
1962 : APL (A Programming Language), Kenneth Iverson,IBM
1964 : BASIC (Beginner’s All-purpose Symbolic Instruction Code), John G. Kemeny & Thomas E. Kurtz
1966 : PL/1 (Programming Language version 1)IBM, gabungan FORTRAN dan COBOL
1968 : PILOT (Programmed Inquiry, Learning, or Teaching), John A. Starkweather
1969 : FORTH, Charles H. Moore, digunakan dalam bidang astronomi
1970 : PASCAL, dikembangkan oleh Niklaus Wirth
1971 : SAM76, Claude Keagan, gabungan dari LISP dan FORTH.
1972 : PROLOG, Alain Colmerauer & Philippe Roussel, untuk kecerdasan buatan
1974 : C pertama kali dikembangkan bernama BCPL, kemudian diadaptasi di Bell Laboratories dengan nama bahasa B.
1974 : COMAL, Borge Christensen & Benedict Lofsted, gabungan BASIC & PASCAL.
1977 : MODULA-2, Niklaus Wirth,Swiss
1979 : ADA digunakan di Dephan AS, diambil dari ADA AUGUSTA.

4. Perkembangan perangkat lunak paket aplikasi
1976 : Electrical Pencil, Michael Shrayer, pengolah kata, California
1979 : Word Star, John Barnaby,pengolah kata
1979 : Apple Writer, Paul Lutus, pengolah kata
1979 : VisicalC(Visual Calculator), Robert Frankston, DEC (Digital Equipment Corporation)
1981 : DBASE-II, Wayne Ratliff, ahli teknik NASA
1982 : LOTUS 1-2-3, gabungan program spreadsheet grafik dan kemampuan untuk mendapatkan informasi, Mitchel Kapoor,Yale Univ.

5. Perkembangan perangkat lunak sistem operasi
1954 : Sistem Operasi pertama kali Digunakan untuk komputer IBM 701 di General Motor Research Laboratories
1960 : Sistem Operasi untuk komputer mini pertama kali
1969 : UNIX, Ken Thompson, diterapkan pada komputer PDP-7, Bell Laboratories
1970 : CP/M (Control Program/Microproc.),Garry Kildal,Digital Research
1980 : MS-DOS (Microsoft- Disk Operating System),William Bill Gates,
1985 : Microsoft Windows Pertama
1987 : IBM Operating System/2
1988 : Windows/386
1990 : Windows 3.0
1993 : Mosaic, Browser Internet Pertama
1995-1997-2000-xp : Windows 95 Windows 98

Sumber

Read More..

Asal Mula Bahasa Ngapak (Banyumasan)

Hay sahabat blogger. Mungkin sahabat blogger banyak yang ngga paham tentang judul diatas ya? Pada posting kali ini, mau sedikit berbagi info tentang ragam budaya yang ada di Indonesia. Salah satunya dalam bentuk bahasa. Kita semua mungkin sudah tahu bahwa Negara Tercinta kita, Indonesia, terdiri dari beratus atau bahkan beribu kebudayaan yang tersebar di seluruh pulau dan bersatu dengan nama NKRI. Salah satu yang akan kita bahas adalah bahasa dialek banyumasan atau sering disebut dengan bahasa Ngapak, secara penulis juga berasal dari daerah yang sering memakai bahasa Ngapak yaitu Cilacap. Yuk langsung aja berangkat ke TKP...

Dialek Banyumasan atau sering disebut Bahasa Ngapak adalah kelompok bahasa bahasa Jawa yang dipergunakan di wilayah barat Jawa Tengah, Indonesia. Beberapa kosakata dan dialeknya juga dipergunakan di Banten utara serta daerah Cirebon-Indramayu. Logat bahasanya agak berbeda dibanding dialek bahasa Jawa lainnya. Hal ini disebabkan bahasa Banyumasan masih berhubungan erat dengan bahasa Jawa Kuna (Kawi. Bahasa Banyumasan terkenal dengan cara bicaranya yang khas. Dialek ini disebut Banyumasan karena dipakai oleh masyarakat yang tinggal di wilayah Banyumasan. Seorang ahli bahasa Belanda, E.M. Uhlenbeck, mengelompokan dialek-dialek yang dipergunakan di wilayah barat dari Jawa Tengah sebagai kelompok (rumpun) bahasa Jawa bagian barat (Banyumasan, Tegalan, Cirebonan dan Banten Utara). Kelompok lainnya adalah bahasa Jawa bagian Tengah (Surakarta, Yogyakarta, Semarang dll) dan kelompok bahasa Jawa bagian Timur.

Kelompok bahasa Jawa bagian barat (harap dibedakan dengan Jawa Barat/Bahasa Sunda) inilah yang sering disebut bahasa Banyumasan (ngapak-ngapak). Secara geografis, wilayah Banten utara dan Cirebon-Indramayu memang berada di luar wilayah berbudaya Banyumasan tetapi menurut budayawan Cirebon TD Sudjana, logat bahasanya memang terdengar sangat mirip dengan bahasa Banyumasan. Hal ini menarik untuk dikaji secara historis. Dibandingkan dengan bahasa Jawa dialek Yogyakarta dan Surakarta, dialek Banyumasan banyak sekali bedanya. Perbedaan yang utama yakni akhiran ‘a’ tetap diucapkan ‘a’ bukan ‘o’. Jadi jika di Solo orang makan ‘sego’ (nasi), di wilayah Banyumasan orang makan ‘sega’. Selain itu, kata-kata yang berakhiran huruf mati dibaca penuh, misalnya kata enak oleh dialek lain bunyinya ena, sedangkan dalam dialek Banyumasan dibaca enak dengan suara huruf ‘k’ yang jelas, itulah sebabnya bahasa Banyumasan dikenal dengan bahasa Ngapak atau Ngapak-ngapak.

Dialek Cirebonan berkaitan erat dengan kultur Jawa-Pantura, yaitu Cirebon, Indrmayu sampai dengan Serang; oleh karenanya bahasa yang mereka gunakan pun memiliki ciri khas dengan icon jawa-pantura.Kosa-kata bahasa jawa-pantura boleh jadi “ada yang sama” dengan bahasa banyumasan; hal itu boleh jadi disebabkan oleh fungsi bahasa komunikasi (jawa, kawi, sanskerta) yang bersifat universal. Akan tetapi sesungguhnya dialek jawa-pantura tetap mempunyai ciri khas yang tidak dapat disamakan dengan dialek banyumasan. Dengan demikian, kita juga sulit mengatakan bahwa wong Cirebon, Indramayu, Serang disebut ngapak-ngapak. Tidak pula untuk dialek Tegal.

Ngapak, tetap lebih pas dialamatkan kepada (khusus) dialek banyumasan. Namun demikian dalam menyikapi siapa yang berbahasa Ngapak, kita tidak bisa membandingkan-lurus dengan area administratif-geografis. Misalnya, tidak seluruh kawasan Kab. Cilacap disebut Ngapak. Cilacap Barat, seperti di beberapa desa di Kecamatan Karang Pucung, Cimanggu, Wanareja, dan Majenang, malah sudah agak “bengkok” ke dialek “kulonan” atau — pinjam istilah dalam seni karawitan, disebut dialek “jaipongan.”

Saya berharap istilah Ngapak tidak dipolitisasi untuk “lawan-kata” dialek “wetanan” (Yogya-Sala) atau dialek “bandhek.” Diskusi ini tentu akan menjadi sangat panjang, apabila para pihak tidak saling menerima keadaan. Di antara permasalahan yang sering mencuat, adalah bahwa bahasa jawa berasal dari bahasa jawa-kuna, kawi; sebagaimana bahasa tutur orang-orang kuna. Kita bisa berpedoman pada aksen Ha Na Ca Ra Ka,,,
buka Ho No Co Ro Ko…

Bahasa Ngapak juga terancam punah karena (mungkin) akan ditinggalkan oleh warganya. Generasi sekarang (maaf, para kawula muda) nyaris kesulitan cara menulis bahasa jawa dengan aksara latin. Apalagi dengan huruf jawa Ha Na Ca Ra Ka… Disamping itu, pihak Pemerintah (Jawa Tengah) belum memberikan dukungan terhadap kelestarian bahasa Ngapak. Sebagai misal bahasa pengantar di sekolah-sekolah di kawasan Ngapak (mungkin) tidak diwajibkan mengunakan bahasa Ngapak, tetapi malahan menggunakan bahasa bandhek.

Nah... Para sedulur, nuwun sewu, cara nulis basa jawa “sing bener” ya kudu nurut maring aksara jawa Ha Na Ca R Ka. Aksara jawa langka vokal “O” anane “A”. Jajalen panjenengan tindak maring Yogya, aksara jawa neng papan-papan Nama Jalan, Gedung, mesthi apa anane ora nganggo “taling-tarung.” Contone : Pasar Beringharjo; nulise ya Beringharja. Kota Solo, jan-jane asline ya “SALA.” Jajalen sih dibukak nek ana neng musium Pustakaraja (angger ana).

Tulisan diatas bukan untuk bermaksud SARA atau membanggakan budaya sendiri dan menjelek-jelekan budaya orang lain. Semua kebudayaan di Indonesia mempunyai keunikannya masing-masing. Kita, para kawula muda, diharapkan untuk menjaga dan melestarikan kebudayaan masing-masing daerah dimana kita tinggal dalam satu atap rumah kita yaitu Indonesia, agar semua kebudayaan di Indonesia tidak punah ditelan Zaman. So, jangan malu untuk berkata Ngapak yaaa...

Ora Ngapak Ora Kepenak
Bersatu kita kompak! Bahasa kita ngapak!

Sumber

Read More..

time is...

contact me on...

about me...

My photo
Cilacap - Solo, Jawa Tengah, Indonesia
Hobinya sih motret, tapi bukan fotografer, cuma tukang foto biasa. Hasil foto dari segala jenis kamera. Sekadar share tentang dunia fotografi, jurnalistik, tugas kuliah, dan cerita-cerita lainnya. Happy Blogging...