Nasionalisme Punya Musim?

Mungkin anda semua agak tergelitik atas judul artikel diatas. Rasa penasaran dan ingin tahu anda mulai timbul dari judul di atas. Kita semua pasti sudah sering mendengar kata Nasionalisme itu sendiri. Dari SD hingga SMA, kita sudah diberikan pelajaran PPKN, yang tentunya pelajaran tersebut bertujuan untuk meningkatkan rasa Nasionalisme kita terhadap Negara Indonesia. 

Sampai di bangku Perguruan Tinggi pun kita masih menemui pelajaran serupa walau dengan nama yang berbeda. Di FISIP sendiri, khususnya jurusan ilmu komunikasi untuk semester satu terdapat mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Mata kuliah yang membantu kita untuk membuka mata lebih lebar lagi akan kondisi negara kita saat ini dan tentunya mencari formula yang tepat untuk keadaan Indonesia saat ini.

Lalu ketika TIMNAS Indonesia mengikuti turnamen Pra-Piala Dunia, semua masyarakat Indonesia beramai-ramai mendatangi toko-toko baju olahraga untuk membeli seragam TIMNAS. Seragam dengan nama Christian Gonzales dan Irfan Bachdim tentunya sudah ditebak yang paling laris dibeli. Bila TIMNAS bertanding, Stadion Utama Gelora Bung Karno sudah pasti dipenuhi suporter-suporter Indonesia. Warna merah mendominasi disetiap sudut stadion. Tak ada tempat lagi bagi suporter tim lawan untuk mendukung negara kesayangannya. Semua berteriak lantang satu kalimat, yaitu Indonesia.

Namun, apa yang terjadi setelah kompetisi tersebut selesai? Kehidupan sehari-hari kembali berjalan seperti biasanya. Masyarakat yang dulu berteriak satu kalimat, Indonesia!!! Kini sudah mulai bercerai berai membela masing-masing klub daerahnya, dan saling mengejek satu sama lain. Kita pasti sudah tahu perseteruan abadi antara suporter Persija dengan Persib. Sudah tak bisa dihitung lagi kerusuhan antara kedua kelompok suporter tersebut.

Tinggalkan sejenak masalah sepakbola, coba kita tengok di lingkungan sekitar kita. Ada berapa banyak orang yang buang sampah sembarangan? Berapa banyak orang yang melanggar lalu lintas? Berapa banyak orang yang telat bayar pajak? Dan berapa banyak lagi orang yang selalu menanyakan "apa yang sudah negara berikan kepada kita ?", seharusnya pertanyaan itu dikembalikan kepada kita sendiri, "apa yang sudah kita berikan kepada negara ?".

Seperti yang sudah saya jabarkan di atas, kita semua pasti sudah tahu arti dari kata Nasionalisme, namun apakah kita sudah paham? Memberi semangat TIMNAS saat bertanding memang penting. Ini akan memberikan multivitamin tambahan bagi para pemain di lapangan. Tapi apa gunanya bila rasa Nasionalisme itu muncul hanya pada saat TIMNAS bertanding? Muncul pada saat para TKI disiksa oleh majikannya di luar negeri? Dan ketika NKRI berseteru dengan negara tetangga, Malaysia? 

Rasa Nasionalisme pada saat-saat tersebut cenderung hanya bersifat sementara, seperti Nasionalisme musiman. Ada kasus yang muncul dan menyangkut nama Indonesia, maka banyak masyarakat yang berteriak lantang mendukung Indonesia. Bila kasus-kasus tersebut sudah tak muncul lagi di ranah media, teriakan-teriakan Nasionalisme seakan-akan kembali diam membisu, seperti handphone yang sedang silent.

Tumbuhkan rasa Nasionalisme itu dari hal-hal kecil yang kita lakukan sehari-hari. Niscaya rasa itu kemudian akan tumbuh subur dihati kita. Hal-hal kecil itu diantaranya, seperti membayar pajak tepat waktu, menaati peraturan lalu lintas, dan membuang sampah pada tempatnya, serta ada banyak lagi yang lainnya. Karena arti singkat dari Nasionalisme itu sendiri adalah rasa cinta terhadap tanah air. Cintai negara mu, maka negara akan mencintai mu.

Dhany Dimas O
Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP UNS

0 comments:

Post a Comment

Silahkan Komentar tapi yang sopan ya :))

time is...

contact me on...

about me...

My photo
Cilacap - Solo, Jawa Tengah, Indonesia
Hobinya sih motret, tapi bukan fotografer, cuma tukang foto biasa. Hasil foto dari segala jenis kamera. Sekadar share tentang dunia fotografi, jurnalistik, tugas kuliah, dan cerita-cerita lainnya. Happy Blogging...